Text
Konsepsi strategi "Fleet In Being" guna menciptakan penangkalan di daerah perbatasan rawan konflik dalam rangka menjaga kedaulatan NKRI
Perkembangan kekuatan dan kemampuan maritim secara global yang mengikuti perubahan peta kekuatan politik, ekonomi, militer dan teknologi serta kepentingan di suatu kawasan dapat berdampak pada timbulnya potensi konflik di laut terutama di wilayah perbatasan. Kecenderungan terjadinya pergeseran kepentingan akibat kepentingan pemenuhan kebutuhan Sumber Daya Alam menjadikan negara-negara meningkatkan kekuatan dan kemampuan militernya. Perkembangan konflik perbatasan antar negara-negara di kawasan Asia Tenggara dan banyaknya pelanggaran di perairan perbatasan saat ini merupakan ancaman dan mengganggu integritas kedaulatan negara. Hal ini tentu akan mempengaruhi kepentingan negara Indonesia, terutama dalam melaksanakan kontrol dan pengendalian di perairan perbatasan dan jalur pelayaran yang harus direspon secara cermat oleh TNI AL dengan menyusun suatu strategi penangkalan di laut yang tepat dengan pengembangan postur kekuatan TNI Angkatan Laut sesuai dengan kebutuhan operasi. "Fleet in Being" sebagai strategi yang memiliki daya tangkal tinggi perlu diwujudkan di pangkalan-pangkalan perbatasan, sehingga unsur-unsur TNI AL memiliki mobilitas serta daya pukul yang tinggi dalam menghadapi setiap kemungkinan ancaman yang timbul terutama di wilayah perbatasan NKRI. Sejalan dengan arah perkembangan pemikiran tentang strategi penangkalan, maka strategi "Fleet in Being" di masa mendatang disusun dalam bentuk strategi pertahanan yang dikendalikan oleh pangkalan-pangkalan TNI AL di perbatasan, dimana bila terjadi pelanggaran di wilayah tersebut, maka unsur-unsur dapat bergerak dengan cepat untuk melaksanakan penindakan dengan segera. Adapun permasalahan yang terjadi saat ini adalah minimnya jumlah anggaran pertahanan TNI AL dari pemerintah, hal tersebut akan berimplikasi terhadap kesiapan dan rencana pengembangan alutsista maupun peningkatan kemampuan pangkalan-pangkalan TNI AL khususnya untuk mengantisipasi ancaman yang terjadi di tiga "Hotspot Area" yaitu di perairan Karang Unarang (Ambalat), Laut Arafuru dan perairan Natuna yang belakangan ini terjadi klaim oleh negara China. Untuk mendukung upaya pertahanan negara di laut yang efektif dan efisien, sangat perlu suatu konsep strategi yang mampu menciptakan daya tangkal terhadap segala ancaman dan mencegah terjadinya pelanggaran di perairan perbatasan rawan konflik. Dengan konsep strategi "Fleet in Being" yaitu dengan mengoptimalkan unsur gelar secara permanen di pangkalan "Fleet in Being" di perbatasan, diharapkan TNI AL mampu menjaga keamanan dan menegakkan kedaulatan negara. Untuk mewujudkan hal tersebut solusi utama adalah menjalankan program MEF sesuai rencana dan meningkatkan kemampuan pangkalan di perbatasan secara optimal, sehingga konsep "Fleet in Being" dapat terlaksana sesuai program yang telah direncanakan guna menciptakan penangkalan di daerah perbatasan rawan konflik dalam rangka menjaga kedaulatan NKRI.
0194920111 | 019-49-2011 | PERPUSTAKAAN SESKOAL | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
No. Panggil | 019-49-2011 |
---|---|
Penerbit | Jakarta: Seskoal., 2011 |
Deskripsi Fisik | - |
Bahasa | Indonesia |
ISBN/ISSN | - |
Tipe Isi | Text |
Tipe Media | Book |
Subjek | - |
This software program inculding any documentation and media (software) is protected by copyright laws and international treaty,
and is a proprietary product of INNOVDIGI SOLUTION. The use of this software is also governed by terms of the Software License Agreement on the reverse side (Agreement).
Number of license: